Senin, 29 September 2014

Pengembangan Sistem



Pengembangan sistem adalah penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
1. Tim Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem tentunya harus didukung oleh personel-personel yang kompeten dibidangnya. Suatu Tim biasanya terdiri dari ;
- Manajer Analis Sistem
- Ketua Analis sistem
- Analis  Sistem senior
- Analis Sistem junior
- Pemrogram Aplikasi Senior
2. Indikator diperluannya Pengembangan Sistem:
1.    Keluhan pelanggan
2.    Pengiriman barang yang sering tertunda
3.    Pembayaran gaji yang terlambat
4.    Laporan yang tidak tepat waktu
5.    Isi laporan yang sering salah
6.    Tanggung jawab yang tidak jelas
7.    Waktu kerja yang berlebihan
8.    Ketidakberesan kas
9.    Produktivitas tenaga kerja yang rendah
10.  Banyaknya pekerja yang menganggur
Dll.
3. Prinsip pengembangan sistem:
- Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
- Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar
- Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik
- Tahapan kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses pengembangan sistem
- Proses pengembangan sistem tidak harus urut
- Jangan takut membatalkan proyek
- Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem.


4.1   Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem sebagai “sebuah teknik dalam menerapkan pendekatan ilmiah untuk pemecahan masalah-masalah yang kompleks yang menekankan pada analisis dan perancangan secara menyeluruh atau ada juga yang berpendapat sebagai filosofi atau persepsi tentang struktur yang terkodinir secara efisien dan optimal dalam menjalankan aktivitas-aktivitas dan operasi perusahaan dalam organisasi apapun. Pada dasarnya, pendekatan sistem merupakan kerangka kerja umum dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan pada empat pandangan utama :
1.      Pendekatan sistem mengharuskan kita menentukan suatu sistem dalam bentuk karakteristik seperti yang diperkenalkan pada bagian sebelumnya.
2.      Pendekatan sistem mengharuskan kita mempertimbangkan sistem secara keseluruhan. Kita tidak boleh hanya memfokuskan pada komponen atau subsistem tertentu, akan tetapi kita harus memfokuskan pada pencapaian tujuan sistem secara keseluruhan.
3.      Pendekatan sistem berasumsi bahwa selalu ada beberapa alternative, karena itu ada lebih dari suatu cara dalam pemecahan masalah dan kesulitannya terletak dalam memilih alternatif yang paling baik.
4.      Pendekatan sisitem merupakan penerapan metode ilmiah yang tahapannya sebagai berikut.
a)      Lakukan observasi terhadap situasi dan permasalahan yang ada.
b)     Tentukan permasalahn yang dapat diidentifikasi.
c)      Rumusan rencana penelitian (hipotesis).
d)     Kumpulan data dan melakukan pengujian hipotesis.
e)      Rumusan hipotesis baru dan kesimpulan.
f)      Dokumentasi hasil penelitihan.
Dengan menggunakan metode ilmiah, pendekatan sistem member keyakinan bahwa tidak ada pertanyaan yang biasa, sehingga mengurang kesempatan munculnya kesalahan.  Dalam buku Jhon Dewey (1910) diidentifikasi ada 3 seri penilaian dalam memecahkan suatu kontrofersi yang memadai :
a.      Mengenali kontrofersi
b.      Menimbang klaim alternatif
c.      Membentuk penilaian
Tahap-tahap dan langkah-langkah pendekatan sistem:
Tahap I             : usaha persiapan
Langkah 1        : memandang perusahaan sebagai suatu sistem.
Langkah 2        : Mengenali sistem lingkungan.
Langkah 3        : Mengidentifikasi subsiste perusahaan

Tahap II           : usaha definisi
Langkah 4        : Bergarak dari tingkat sistem ke subsistem
Langkah 5        : menganalisis sebagian sistem dalam urutan tertentu

Tahap III : usaha solusi
Langkah 6        : Mengidentifikasi solusi alternatif
Langkah 7        : Mengevaluasi solusi alternatif
Langkah 8        : Memilih solusi terbaik
Langkah 9        : Menerapkan solusi terbaik
Langkah 10      : Membuat tindak lanjut bahwa solusi itu efektif

A.    Penerapan Pendekatan Sistem
Inti dari prosedur-prosedur yang sering kali diusulkan dalam menerapkan pendekatan sistem di dalam tahapan-tahpan metode ilmiahnya sebagai berikut:
1.      Tahap Pertama (pernyataan tujuan)
Ketika kita menentukan tujuan, kita sebenarnya menentukan sasaran yang ingin dicapai, untuk menentukan apakah output yang dihasilkan sesuai dengan output yang diharapkan. Maka tujuan harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur dan harus ditentukan kriteria kinerja.
2.      Tahap kedua ( sintesa)
Mengkombinasikan bagian-baigian atau elemen untuk membentuk suatu kesatuan. Sintesa dimulai dengan mengidetifikasi komponen-komponen suatu sistem tertentu untuk dipilih kaitannya dan keterbatasan yang dimiliki baik oleh lingkungan atau sistem itu sendiri.
3.      Tahap ketiga (evaluasi)
Menilai setiap alternative sistem terasa terperinci untuk menilai kinerja dan menentukan sejauh mana sistem tersebut dapat memenuhi target yang ditentukan.
4.      Tahap empat (pemilihan)
Kita melaksanakan pemilihan terakhir dari beberapa alternative sisitem dari bersarkan sistem hasil penilaian kita. Suatu hal yang perlu disadari dari proses pemilihan adalah bahwa suatu sistem apapun akan menjadi sempurna dalam berbagai pertimbangan dan ini hal yang tidak dikehendaki.
5.      Tahap lima (penerpan)
Penerapan sistem merupakan arah dimana kita pada akhirnya akan menemukan sebaik atau seburuk apa sistem kita bekerja dalam mencapai tujuannya.

4.2   Siklus Hidup Sistem
Siklus hidup manajemen (SDLC : System life Cycle) adalah penerapan pendekatan sistem untuk pengembangan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer. SLC terdiri dari serangkaian tugas yang erat mengikuti langkah-langkah pendekatan sistem yang mengikuti suatu pola yang teratur dan dilakukan secara top-down, SLC sering disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi pengembangan dan penggunaan sistem.
Tahap-tahap Siklus Hidup
Tahap siklus sistem terdiri dari lima tahap. Empat tahap yang pertama adalah perencanaan, analisis, rancangan, dan penerapan. Tahap kelima adalah tahap penggunaannya, yang berlangsung sampai sudah waktunya untuk merancang sistem itu kembali. Proses merancang kembali mengakibatkan siklus itu akan diulangi kembali.
1.      Perencanaan
Dalam tahap perencanaan menjelskan tiap langkah yang harus diambil dan mengidentifikasikan tanggung jawab dari komite pengarah SIM, manajer area pemakai, dan analisis sistem. Langkah-langkah dari perencanaan yaitu:
a)      Menyadari Masalah
b)      Mendefinisikan Masalah
c)      Menentukan Tujuan Sistem
d)      Mengidentifikasikan kendala-Kendala Sistem
e)      Membuat Studi Kelayakan
·        Teknis
·        Pengembalian ekonomis
·        Pengembalian non ekonomis
·        Hukum dan etika
·        Operasional
·        Jadwal
f)       Mempersiapkan Usulan Penelitian Sistem
g)      Menyetujui atau Menolak Penelitian Proyek
2.      Analisis
Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Selama tahap analisis, analis sitem terus bekerja sama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang penting. Langkah-langkah tahap analisis:
a)      Mengumumkan Penelitian Sistem
b)      Mengorganisasikan Tim Proyek
c)      Mendefinisikan Kebutuhan Informasi
d)      Mendifinisikan Kriteria Kinerja Sistem
e)      Menyiapkan Usulan Rancangan
f)       Menyetujui atau Menolak Rancangan Proyek

3.      Rancangan
Rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Jika sistem itu berbasis komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang akan digunakan. Langkah-langkah tahap rancangan:
a)      Menyiapkan Rancangan Sistem Yang Terinci
b)      Mengidentifikasikan Berbagai Alternatif konfigurasi Sistem
c)      Mengevaluasi Berbagai Alternatif konfigurasi Sistem
d)      Memilih Konfigurasi Yang Terbaik
e)      Menyiapkan Usulan Penerapan
f)       Menyetujui atau Menolak Penerapan Sistem
4.      Penerapan
Penerapan merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Langkah-langkah tahap penerapan:
a)      Merencanakan Penerapan
b)      Mengumumkan Penerapan
c)      Mendapatkan Sumber Daya Perangkat Keras
d)      Mendapatkan Sumber Daya Perangkat Lunak
e)      Menyiapkan Database
f)       Menyiapkan Fasilitas Fisik
g)      Mendidik Peserta dan Pemakai
h)      Menyiapkan Usulan Cutover
i)       Menyetujui atau Menolak Masuk ke Sistem Baru
j)       Masuk ke Sistem Baru
·        Percontohan (Pilot)
·        Serentak (Immediate)
·        Bertahap (Phased)
·        Paralel (Parallel)
5.      Penggunaan
Tahap penggunaan terdiri dari 3 langkah, yaitu:
a)      Menggunakan Sistem
b)      Audit Sistem
c)      Memelihara Sistem
·        Memperbaiki kesalahan
·        Menjaga kemutakhiran sistem
·        Meningkatkan sistem
d)      Menyiapkan Usulan Rekayasa Ulang
e)      Menyetujui atau Menolak Rekayasa Ulang Sistem



4.3   PROTOTYPING
Prototipe memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara sistem akan berfungsi dalam beentuk lengkapanya. Proses menghasilkan sebuah prototipe disebut dengan prototyping.
Jenis- jenis prototipe
Ada 2 jenis prototipe. Prototipe Jenis 1 sesungguhnya akan menjadi sistem operasional. Prototipe Jenis 2 merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai cetak biru sebagai sistem operasional.
Pengembangan Prototipe Jenis 1  Gambar 7.15 menunjukkan lankah-langkah yang terdapat pada pengembangan Prototipe Jenis 1. Langkah-langkah ini dibahas berikut ini:
1.      Mengidntifikasikan Kebutuhan Pemakai. Analis sistem mewancarai pemakai untuk mendapatkan gagasan dari apa yang diijimkan pemakai terhadap sisitem.
2.      Mengembangkan Prototipe.  Analis sistem mungkin berkerjasama dengan spesialis informasi lain, menggunkan satu atau lebih peralatan prototyping untuk mengembangkan prototipe
3.      Menentukan Apakah Prototipe Dapat Diterima. Analis mendidik pemakai dalam penggunaaan prototipe dan memberikan kesempatan kepada pemakai untuk membiasakan diri dengan sistem. Pemakai memberikan masukan bagi analis apakah prototipe memuaskan. Jika ya , langkah 4akan diambil; jika tidak, prototipe direvisi dengan mengulangi langkah 1,2,3 dengan pengertian yg lebih baik mengenai kebutuhan pemakai.
4.      Menggunakan Prototipe. Prototipe ini menjadi sistem operasional.
Pendekatan ini hanya mungkin jika peralatan prototyping memungkinkan prototipe membuat semua elemen penting dari sistem baru.
Menggunakan Prototipe Jenis 2  Gambar 7.16 menunjukan langkah-langkah yang terdapat pada pengembangan prototipe jenis 2. Tiga langkah pertama sama seperti untuk prototipe jenis  1. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut.
4.      Mengkodekan sistem operasional. Progamer menggunakan prototipe sebagai dasar untuk pengkodean (coding) sistem operasional.
5.      Menguji sistem operasional. Progamer menguji sistem.
6.      Menentukan jika sistem operasional dapat diterima. Pemakai memberi masukan pada analisis apakah sistem dapat diterima. Jika ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, langkah 4 dan 5 diulangi.
7.      Menggunakan sistem operasional.


Prototyping dan Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Prototyping dapat menggantikan siklus hidup pengembangan sistem. Namun, bagi sitem berskala besar atau sistem yang mempengaruhi unit organisasi yang besar, prototyping dapat dipadukan dengan SDLC. Misalnya, prototyping dapat digunakan dalam tahap analisis untuk membantu para pemakai mendefinisikan kebutuhan informasi mereka dan dalam tahap rancangan untuk mengevaluasi konfigurasi sistem alternatif.
Daya Tarik Prototyping
Alasan pemakai maupun spesialis menyukai prototyping adalah sebagai berikut:
·        Komunikasi antara analis sistem dan pemakai membaik.
·        Analis dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pemakai.
·        Pemakai berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem.
·        Spesialis informasi dan pemakai menghabiskan lebih sedikit waktu dan usaha dalam mengembangkan sistem.
·        Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.
Potensi kegagalan prototyping
Prototyping juga memiliki potensi kegagalan yaitu:
·        Adanya istilah “cepat dan kotor” digunakan untuk menjelaskan ketergesaan dalam  prototyping.
·        Adanya pengharapan sesuatu yang tidak realistis dari sistem operasional.
·        Prototype jenis 1 mungkin tidak seefisien sistem yang dikodekan dalam bahasa pemograman.
·        Hubungan komputer-manusia yang disediakan oleh peralatan prototyping tertentu mungkin tidak mencerminkan teknik perancangan yang baik.
Penerapan yang berprospek baik untuk prototyping
Prototyping bekerja paling baik pada penerapan-penerapan yang berciri sebagai berikur:
·        Resiko tinggi . masalah tidak terstruktur baik, terdapat tingkat perubahan peningkatan yang tinggi dari waktu ke waktu, dan persyaratan data tidak menentu. Cosiderable.
·        Interaksi pemakai penting . sitem menyediakan dialog yang on-line antara pemakai dan komputer mikro atau terminal.
·        Jumlah pemakai banyak  . kesepaakatan mengenai rincian rancangan sukar untuk dicapai tanpa pengslaman langsung.
·        Penyelesaian yang cepat diperlukan.
·        Pemikiran tahap penggunaan sistem yang pendek
·        Sistem yang inovatif . sistem tersebut merupakan yang paling mutahir, baik dalam cara penyelesaian masalah, maupun dalam penggunaan perangkat kerasnya.
·        Perilaku pemakai yang sukar ditebak . pemakai tidak mempunyai pengalaman sebelumya dengan cara sistem ini.

4.4   Pengembangan Aplikasi Cepat (RAD : Rapid Application Development)

Konsep pengembangan Aplikasi cepat RAD ( Rapid Application Development ) dipelopori oleh James Martin. Konsep ini diterapkan pada daur hidup pengembangan sistem dengan tujuan untuk mempercepat pengembangan sistem dan pengembangan hasil dengan kualitas yang lebih baik daripada daur hidup pengembangan sistem tadisional. RAD adalah sekumpulan strategi, metodologi danperangkat yang terpadu yang ada dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi / Information Engineering. Perangkat RAD umumnya terdiri atas perangkat CASE dan bahasa generasi keempat, yang menyediakan fasilitas diantaranya prototype dan pembangkitan kode.

Perangkat CASE
Pada kebanyakan literatur Case singkatan dari Computer Aided Software Engineering, yaitu proses penggunaan teknologi perangkat lunak komputer untuk mendukung otomasi dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi komputer.

Tujuan CASE
bertujuan untuk mengalihkan sejumlah beban pada pengembangan dari manusia pengembang sistem kepada komputer. CASE banyak dipakai saat ini karena banyak meningkatkan produktifitas.

Sumber:
http://infokitabersama123.blogspot.com/2013/03/pengembangan-aplikasi-cepat-basis-data.html?m=1

4.5   Menempatkan SDLC Tradisional, Prototyping, RAD,   Pengembangan Berfase dan BPR dalam Perspektif.

SDLC adalah proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan system atau subsistem informasi berbasis komputer. SDLC terdiri dari serangkaian yang erat yang mengikuti langkah-langkah pendekatan system. Karena tugas-tugas tersebut mengikuti suatu pola yang teratur dan dilakukan secara top-down, SDLC sering disebut sebagai Pendekatan Air terjun (waterfall approach).

-Tahap-tahap siklus hidup system, yang dikenal dengan SDLC.
-Pengelolaan Siklus Hidup yang dikelola oleh unit jasa informasi
-Tanggung Jawab ekesekutif.

·        Perencanaan
·        Analisis
·        Desain
·        Implementasi
·        Penggunaan

Pengembangan Berfase dan BPR dalam Perspektif
Prototyping, RAD dan pengembangan berfase dapat digunakan di dalam suatu proyek BPR untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan cara terbuka
I. Alat-alat Pengembangan Sistem
Pendekatan sistem dan berbagai siklus hidup pengembangan sistem adalah metodologi
 cara-cara yang direkomendasikan dalam memecahkan masalah-masalah sistem.
Diagram Arus Data
            Diagram arus data (data flow diagram - DFD) adalah penyajian grafis dari sebuah sistem yang mempergunakan 4 bentuk simbol untuk mengilustrasikan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang saling tersambung.
Simbol-simbol tersebut mencerminkan:
·        Unsur-unsur lingkungan
·        Proses
·        Arus data
·        Penyimpanan data
·        Diagram Arus Data Bertingkat
  1. Diagram Konteks
            Diagram konteks (context diagram) menempatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan.
  1. Diagram  Nomor N
            Diagram nomor n (figure n diagram) mendokumentasikan satu proses dari sebuah DFD dengan tingkat detail yang lebih besar.

Kasus Penggunaan
Kasus penggunaan (use case) adalah suatu uraian naratif dalam bentuk kerangka dari dialog yang terjadi antara sistem primer dengan sekunder.
1. Kapan Menggunakan Diagram Arus Data dan Kasus Penggunaan
            Diagram arus data dan kasus penggunaan sering kali dibuat selama tahap-tahap investigasi awal dan analisis dari metodologi pengembangan berfase.

Manajemen Proyek Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi yang berbasis komputer dapat merupakan tugas kompleks yang membutuhkan banyak sumber daya dan dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Proses pengembangan system melewati beberapa tahapan dari mulai system itu direncanakan sampai dengan system tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Bila operasi system yang sudah dikembangkan masih timbul kembali permasalahan-permasalahan yang kritis serta tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan system, maka perlu dikembangkan kembali suatu system untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap perencanaan system. Siklus ini disebut dengan siklus hidup suatu system (system life cycle). Daur atau siklus hidup dari pengembangan system merupakan suatu bentuk  yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah di dalam tahanpan  tersebut dalam proses pengembangannya.
Dari sekian banyak siklus pengembangan system menurut beberapa penulis sejak tahun 1970 an, diambil salah satu yang akan menjadi acuan kita mengenai pengembangan system ini, yaitu menurut John Burch, Gary Grudnitski, Information Systems, Theory and Practice (new York: John Wiley & Sons) yang menuliskan tahapan pengembangan system sebagai berikut:
  • Kebijakan dan perencanaan system (System policy and planning)
  • Pengembangan sistem (system development)
  • Analisis sistem (system analysis)
  • Desain sistem secara umum (general system design)
  • Penilaian sistem (system evaluation)
  • Desain syitem terinci (detailed system design)
  • Implementasi system (system implementation)

Mengestimasi Biaya Proyek
Mengestimasi waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah sistem telah lama menjadi satu tugas yang menantang.
Semua metode ini kurang lebih mengandalkan pada 3 komponen:
  1. Informasi mengenai sistem tertentu yang sedang dibuat dan orang yang akan melakukan pengembangan
  2. Pengalaman historis
  3. Pengetahuan mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-alat serta teknik estimasi.
Input Pengestimasian Biaya
·        Kebutuhan sumber daya (resource requirement)
·        Tarif sumber daya (resource rates)
·        Estimasi durasi aktivitas (activity duration estimates)
·        Informasi historis (historical information)
Alat-alat dan Teknik Pengestimasian Biaya
·        Estimasi analogis (analogous estimating)
·        Estimasi dari bawah ke atas (bottom-up estimating)
·        Alat-alat terkomputerisasi (computerized tools)
·        Model-model matematis (mathematical models)

Output Pengestimasian Biaya
·        Estimasi biaya
·        Detail-detail pendukung
·        Rencana manajemen biaya (cost-management plan)

4.6   Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memainkan peranan penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan menyangkut keputusan-keputusan sangat penting dan jangka panjang yang dapat dibuat manajer. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai, sumber daya-sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang akan melaksanakna setiap tugas yang dibutuhkan. Seluruh proses peerenacanaan itu melibatkan manajer dalam serangkaian situasi pembuatan keputusan. Kualitas keputusan-keputusan manajer akan menentukan efektifitas rencana yang disusun. Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. George P. Huber membedakan pembuatan keputusan dari pembuatan pilihan ( choice making) dan dari pemecahan masalah ( problem solving). Dipihak lain, banyak penulis dan manajer menggunakan istilah “pembuatan keputusan dan pemecahan masalah” sebagai istilah yang dapat dipertukarkan, dan dalam bab ini akan digunakan istilah pembuatan keputusan yang mencakup artian keduanya.
Proses pembuatan keputusan
1.      Pemahaman dan perumusan masalah
Manajaer harus menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.
2.      Pengumpulan dan analisa data yang relevan
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.
3.      Pengembangan alternatif
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak kecendrungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang efektif.
4.      Pengevaluasian terhadap alternatif yang dipergunakan 
Menilai efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang realistik serta menilai seberapa baik alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5.      Pemilihan alternatif terbaik
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidaksempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6.      Implementasi keputusan.
Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan meng alokasikan sumber daya yang diperlukan, serta menugaskan wewenag dan tanggung jawab pelaksana tugas, dengan mempewrhatikan resiko dan ketidakpastian terhadap keputusan yang diambil.
7.      evaluasi atas hasil keputusan
Implementasi yang telah diambil harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.

4.7   Membangun Konsep

Konsep Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan sistem informasi atau yang sering disebut sebagai proses pengembangan sistem merupakan suatu tindakan atau aktifitas yang digunakan orang dalam sistem informasi untuk mengembangkan dan memelihara sistem informasi atau perangkat lunak yang lama.

Proses pengembangan sistem informasi dilakukan dengan tujuan agar mekanisme atau sistem kerja suatu sistem tersebut menjadi lebih baik dan semua aspek lebih terintegrasi sesuai dengan peraturan. Proses pengembangan sistem informasi dapat menciptakan efisiensi dalam manajemen sumber daya yang ada, dan perlu diperhatikan bahwa pengembangan sistem harus memenuhi kriteria atau aturan dalam meningkatkan keunggulan sistem dalam berkompetensi. Pengembangan sistem dari sistem yang lama ke sistem yang baru dan terintegrasi dengan perangkat komputer akan mempermudah dalam pengolahan data agar dapat menghasilkan informasi berbasis komputer yang lebih berkualitas guna dalam pengambilan keputusan.

Dalam pengembangan sistem informasi terdiri dari System Analysis dimana upaya atau usaha untuk mendapatkan gambaran bagaimana sistem lama itu bekerja dan menganalisa masalah-masalah apa saja yang ada pada sistem yang lama, dan System Development dimana langkah-langkah untuk mengembangan sistem informasi yang lama ke sistem yang baru sesuai dengan cara kerja sistem dan masalah-masalah yang telah dianalisa. Beberapa hal yang mengacu suatu sistem lama harus dikembangkan menjadi sistem yang baru diantaranya yaitu : Masalah (Problem) Dimana kondisi yang tidak diingkan pada sistem yang lama, diantaranya yaitu keterbatasan cara kerja sistem yang lama dapat menyebabkan sistem tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya kebutuhan informasi yang semakin luas dan semakin bertambah akan berujung dengan pengelohan data yang dibutuhkan semakin mengingkat, dikarenakan sistem yang lama tidak dapat 2

4.8   Model Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS: Decision Support System)
Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek, serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada pengguna satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk analisis data penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya intelektual seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi para pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk menggantikan pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya.

Dalam suatu penelitiannya Steven S. Alter mengembangkan satu taksonomi dari enam jenis DSS yang didasarkan pada tingkat dukungan pemecahan masalah.

Jenis DSS yang memberikan dukungan paling sedikit adalah jenis yang memungkinkan manajer mengambil hanya sebagian kecil informasi (unsur-unsur informasi) seperti terlihat pada kolom 1 gambar di atas. Manajer dalam hal ini dapat bertanya pada database untuk mendapatkan angka/jumlah tingkat penyerapan anggaran pada satu satker dibawah lingkup kerjanya.

Jenis DSS yang memberikan dukungan yang sedikit lebih tinggi memungkinkan baginya menganalisis seluruh isi file mengenai tingkat penyerapan anggaran pada unit-unit lain yang terkait. Contohnya adalah laporan gaji bulanan pegawai yang disiapkan dari file gaji.

Dukungan yang lebih lagi diberikan oleh sistem yang menyiapkan laporan total penyerapan anggaran biaya pegawai dan tunjangan-tunjangan yang diterimanya yang diolah dari berbagai file sistem penggajian.

Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan Data-driven DSS. Jenis DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering dikembangkan langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah untuk digunakan.

Jenis DSS yang kedua, data-driven DSS, menganalisis sejumlah besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem informasi organisasi. DSS ini membantu untuk proses pengambilan keputusan dengan memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari data yang tersimpan di dalam database yang besar. Banyak organisasi atau perusahaan mulai membangun DSS ini untuk memungkinkan para pelanggannya memperoleh data dari website-nya atau data dari sistem informasi organisasi yang ada.

Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan - Group Decision Support Systems (GDSS)

GDSS merupakan sistem berbasis komputer yang interaktif untuk memudahkan pencapaian solusi oleh sekelompok pengambil keputusan atas permasalahan yang sifatnya tidak terstruktur. GDSS dikembangkan untuk menjawab tantangan terhadap kualitas dan efektivitas pengambilan keputusan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (kelompok orang). Permasalahan yang perlu digarisbawahi untuk pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekelompok orang antara lain adalah banyaknya para pengambil keputusan, waktu yang harus dialokasikan, dan meningkatnya peserta yang ada. GDSS memberikan dukungan pada pemecahan masalah dengan menyediakan suatupengaturan yang mendukung komunikasi bagi anggota yang tergabung dalam kelompok.

Penggunaan GDSS mampu untuk mengatasi berbagai masalah atau potensi masalah yang mungkin akan timbul. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan GDSS ini, antara lain adalah:
1. Meningkatkan perencanaan awal, yaitu untuk membuat diskusi atau pertemuan menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Meningkatkan partisipasi, sehingga setiap peserta dari berbagai latar belakang dapat memberikan kontribusinya dengan optimal.

3. Menciptakan iklim yang lebih terbuka dan kolaboratif, yaitu tanpa membuat pihak yang tingkatannya lebih rendah merasa takut dan terancam. Dan juga tidak membuat pihak yang tingkatannya lebih tinggi mendominasi jalannya suatu rapat, pertemuan/meeting.

4. Setiap ide yang ditawarkan bebas dari kritik, memungkinkan peserta rapat, pertemuan/meeting mengkontribusikan ide atau pendapatnya tanpa takut untuk dikritik.

5. Evaluasi yang objektif, menciptakan atmosfir di mana suatu ide akan dievaluasi secara objektif dan tidak memandang siapa yang memberikan ide tersebut.

6. Menghasilkan ide organisasi, yaitu bagaimana tetap memfokuskan pada tujuan rapat, pertemuan/meeting, mencari cara yang paling efisien untuk mengorganisir ide yang dihasilkan dalam sesi brainstorming, dan mengevaluasi ide dalam batasan waktu yang paling sesuai.

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive Support Systems (ESS)
Dalam sistem pendukung pengambilan keputusan eksekutif istilah executive support system (ESS) sering dipertukarkan dengan executive information system (EIS). Namun, ada juga yang membedakan keduanya. Jika dibedakan, EIS sering didefinisikan sebagai sistem informasi berbasis komputer yang menyajikan kebutuhan informasi eksekutif puncak. Sistem ini memberikan akses cepat atas informasi dan laporan manajamen. Di sisi lain, ESS adalah sistem pendukung komprehensif yang mempunyai kemampuan lebih dari EIS. ESS menyangkut juga sistem komunikasi, otomatisasi kantor, dukungan analisis, dan intelejensia.

ESS dibangun terutama untuk menyajikan gambaran operasional suatu organisasi; melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak; menyajikan tampilan yang akrab di pengguna, sesuai dengan tipe keputusan individu, menyajikan penelusuran dan pengendalian yang tepat waktu dan efektif; menyajikan akses cepat atas informasi rinci dengan teks, angka, atau grafik; mengindentifikasikan masalah; serta menyaring, mengkompres, dan melacak data dan informasi kritikal.

Karakteristik utama yang dimiliki ESS adalah kemampuan melihat rincian, menginformasikan faktor keberhasilan kritikal (critical success factors), akses status, analisis, pelaporan eksepsi (exception reporting), penggunaan warna, navigasi informasi, dan komunikasi.

Sistem Pakar - Expert Systems (ES)
Para ahli atau pakar biasanya memiliki pengetahuan (knowledge) dan pengalaman khusus untuk masalah tertentu. Mereka paham betul alternatif pemecahan, kemungkinan keberhasilannya, serta keuntungan dan kerugian yang mungkin timbul. Mereka biasanya digunakan oleh instansi untuk memberi nasehat atas masalah tertentu, seperti pada Departemen Pertahanan masalah pembelian peralatan militer yang teknologinya canggih, penyelesaian tuntutan pembubaran Bisnis TNI, perampingan/reorganisasi departemen, dan strategikomunikasi dengan media massa. Makin tidak terstruktur masalahnya, makin spesialis nasehat yang dibutuhkan dari mereka.

Expert systems (ES) mencoba untuk meniru pengetahuan pakar tersebut. Sistem ini biasanya digunakan jika organisasi harus memberikan keputusan atas suatu masalah yang kompleks. Secara khusus, ES adalah paket komputer untuk memecahkan atau mengambil keputusan atas suatu masalah spesifik atau terbatas, yang kemampuan pemecahannya dapat sama atau melebihi suatu tingkat kemampuan seorang pakar.

ES bisa dibagi dalam dua bagian: lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan digunakan oleh pengembang ES untuk membangun komponen komponen ES dan menempatkan pengetahuan (knowledge) pada basis pengetahuan (knowledge base). Lingkungan konsultansi digunakan oleh non-pakar untuk memperoleh pengetahuan dan nasehat para pakar yang disimpan di sistem.

Tiga komponen utama yang biasanya ada dalam ES adalah basis pengetahuan, mesin inferensi (inference engine), dan tampilan pengguna (user interface).

4.9   Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar
A.    Pengertian Kecerdasan Buatan
Kecerdasan Buatan atau Intelegensi Artifisial (bahasa Inggris: Artificial Intelligence atau hanya disingkat AI) didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dan robotika.
Banyak hal yang kelihatannya sulit untuk kecerdasan manusia, tetapi untuk Informatika relatif tidak bermasalah. Seperti contoh: mentransformasikan persamaan, menyelesaikan persamaan integral, membuat permainan catur atau Backgammon. Di sisi lain, hal yang bagi manusia kelihatannya menuntut sedikit kecerdasan, sampai sekarang masih sulit untuk direalisasikan dalam Informatika. Seperti contoh: Pengenalan Obyek/Muka, bermain sepak bola.
Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk cabang yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku, pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin. Penelitian dalam AI menyangkut pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang membutuhkan perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi masalah kehidupan yang nyata. Sistem AI sekarang ini sering digunakan dalam bidang ekonomi, obat-obatan, teknik dan militer, seperti yang telah dibangun dalam beberapa aplikasi perangkat lunak komputer rumah dan video game.
'Kecerdasan buatan' ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan, tapi juga mengkonstruksinya.
Tidak ada definisi yang memuaskan untuk 'kecerdasan':
1.      kecerdasan: kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan menggunakannya
2.      atau kecerdasan yaitu apa yang diukur oleh sebuah 'Test Kecerdasan'
.
B.     Pengertian Sistem Pakar
Sistem Pakar(dalam bahasa Inggris :expert system) adalah sistem informasi yang berisi dengan pengetahuan dari pakar sehingga dapat digunakan untuk konsultasi. Pengetahuan dari pakar di dalam sistem ini digunakan sebagi dasar oleh Sistem Pakar untuk menjawab pertanyaan (konsultasi).
Kepakaran (expertise) adalah pengetahuan yang ekstensif dan spesifik yang diperoleh melalui rangkaian pelatihan, membaca, dan pengalaman. Pengetahuan membuat pakar dapat mengambil keputusan secara lebih baik dan lebih cepat daripada non-pakar dalam memecahkan problem yang kompleks. Kepakaran mempunyai sifat berjenjang, pakar top memiliki pengetahuan lebih banyak daripada pakar yunior. Tujuan Sistem Pakar adalah untuk mentransfer kepakaran dari seorang pakar ke komputer, kemudian ke orang lain (yang bukan pakar).
Sistem pakar adalah suatu program komputer yang mengandung pengetahuan dari satu atau lebih pakar manusia mengenai suatu bidang spesifik. Jenis program ini pertama kali dikembangkan oleh periset kecerdasan buatan pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dan diterapkan secara komersial selama 1980-an. Bentuk umum sistem pakar adalah suatu program yang dibuat berdasarkan suatu set aturan yang menganalisis informasi (biasanya diberikan oleh pengguna suatu sistem) mengenai suatu kelas masalah spesifik serta analisis matematis dari masalah tersebut. Tergantung dari desainnya, sistem pakar juga mampu merekomendasikan suatu rangkaian tindakan pengguna untuk dapat menerapkan koreksi. Sistem ini memanfaatkan kapabilitas penalaran untuk mencapai suatu simpulan.

C.    Ciri Sistem Pakar
1.      Memiliki informasi yang lebih handal.
2.      Mudah di modifikasi dan dapat beradaptasi.
3.     Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.
D.    Ciri Kecerdasan Buatan.
1.   Pemrosesan AI lebih pada simbolik.
E.     Tujuan Sistem Pakar
1. Membuat mesin menjadi lebih pintar (tujuan utam)
2. Memahami apa itu kecerdasan (tujuan ilmiah)
3. Membuat mesin lebih bermanfaat (tujuan entrepreneurial).
F. Tujuan Kecerdasan Buatan AI
1.      Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
2.      Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
3.      Meningkatkan output, produktivitas dan kualitas.Kelemahan Sistem Pakar.

G.    Kelemahan Sistem Pakar
Di samping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
1.      Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.
2.      Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan pakar di bidangnya.
3.      Sistem Pakar tidak 100% bernilai benar.

- See more at: http://tubagus.dosen.narotama.ac.id/2012/12/08/pengertian-sistem-pakar-es-dan-kecerdasan-buatan-ai/#sthash.KahJic2J.dpuf
http://pembuatan-keputusan.blogspot.com/