Pengembangan
sistem adalah penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang
lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
1. Tim Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem tentunya harus
didukung oleh personel-personel yang kompeten dibidangnya. Suatu Tim biasanya
terdiri dari ;
- Manajer Analis Sistem
- Ketua Analis sistem
- Analis Sistem senior
- Analis Sistem junior
- Pemrogram Aplikasi Senior
2. Indikator diperluannya
Pengembangan Sistem:
1. Keluhan
pelanggan
2. Pengiriman
barang yang sering tertunda
3. Pembayaran
gaji yang terlambat
4. Laporan yang
tidak tepat waktu
5. Isi laporan
yang sering salah
6. Tanggung
jawab yang tidak jelas
7. Waktu kerja
yang berlebihan
8.
Ketidakberesan kas
9.
Produktivitas tenaga kerja yang rendah
10. Banyaknya pekerja yang
menganggur
Dll.
3. Prinsip pengembangan sistem:
- Sistem yang dikembangkan adalah
untuk manajemen
- Sistem yang dikembangkan adalah
investasi modal yang besar
- Sistem yang dikembangkan
memerlukan orang yang terdidik
- Tahapan kerja dan tugas-tugas
yang baru dilakukan dalam proses pengembangan sistem
- Proses pengembangan sistem
tidak harus urut
- Jangan takut membatalkan proyek
- Dokumentasi harus ada untuk
pedoman dalam pengembangan sistem.
4.1 Pendekatan
Sistem
Pendekatan sistem
sebagai “sebuah teknik dalam menerapkan pendekatan ilmiah untuk pemecahan
masalah-masalah yang kompleks yang menekankan pada analisis dan perancangan
secara menyeluruh atau ada juga yang berpendapat sebagai filosofi atau persepsi
tentang struktur yang terkodinir secara efisien dan optimal dalam menjalankan
aktivitas-aktivitas dan operasi perusahaan dalam organisasi apapun. Pada
dasarnya, pendekatan sistem merupakan kerangka kerja umum dalam pengambilan
keputusan yang berdasarkan pada empat pandangan utama :
1.
Pendekatan
sistem mengharuskan kita menentukan suatu sistem dalam bentuk karakteristik
seperti yang diperkenalkan pada bagian sebelumnya.
2.
Pendekatan
sistem mengharuskan kita mempertimbangkan sistem secara keseluruhan. Kita tidak
boleh hanya memfokuskan pada komponen atau subsistem tertentu, akan tetapi kita
harus memfokuskan pada pencapaian tujuan sistem secara keseluruhan.
3.
Pendekatan
sistem berasumsi bahwa selalu ada beberapa alternative, karena itu ada lebih
dari suatu cara dalam pemecahan masalah dan kesulitannya terletak dalam memilih
alternatif yang paling baik.
4.
Pendekatan
sisitem merupakan penerapan metode ilmiah yang tahapannya sebagai berikut.
a)
Lakukan
observasi terhadap situasi dan permasalahan yang ada.
b)
Tentukan
permasalahn yang dapat diidentifikasi.
c)
Rumusan
rencana penelitian (hipotesis).
d)
Kumpulan
data dan melakukan pengujian hipotesis.
e)
Rumusan
hipotesis baru dan kesimpulan.
f)
Dokumentasi
hasil penelitihan.
Dengan menggunakan
metode ilmiah, pendekatan sistem member keyakinan bahwa tidak ada pertanyaan
yang biasa, sehingga mengurang kesempatan munculnya kesalahan. Dalam buku Jhon Dewey (1910) diidentifikasi
ada 3 seri penilaian dalam memecahkan suatu kontrofersi yang memadai :
a.
Mengenali
kontrofersi
b.
Menimbang
klaim alternatif
c.
Membentuk
penilaian
Tahap-tahap dan langkah-langkah
pendekatan sistem:
Tahap I : usaha persiapan
Langkah 1 : memandang perusahaan sebagai suatu
sistem.
Langkah 2 : Mengenali sistem lingkungan.
Langkah 3 : Mengidentifikasi subsiste perusahaan
Tahap II : usaha definisi
Langkah 4 : Bergarak dari tingkat sistem ke
subsistem
Langkah 5 : menganalisis sebagian sistem dalam
urutan tertentu
Tahap III : usaha
solusi
Langkah 6 : Mengidentifikasi solusi alternatif
Langkah 7 : Mengevaluasi solusi alternatif
Langkah 8 : Memilih solusi terbaik
Langkah 9 : Menerapkan solusi terbaik
Langkah 10 : Membuat tindak lanjut bahwa solusi itu
efektif
A.
Penerapan
Pendekatan Sistem
Inti dari
prosedur-prosedur yang sering kali diusulkan dalam menerapkan pendekatan sistem
di dalam tahapan-tahpan metode ilmiahnya sebagai berikut:
1.
Tahap
Pertama (pernyataan tujuan)
Ketika
kita menentukan tujuan, kita sebenarnya menentukan sasaran yang ingin dicapai,
untuk menentukan apakah output yang dihasilkan sesuai dengan output yang
diharapkan. Maka tujuan harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur dan
harus ditentukan kriteria kinerja.
2.
Tahap
kedua ( sintesa)
Mengkombinasikan
bagian-baigian atau elemen untuk membentuk suatu kesatuan. Sintesa dimulai
dengan mengidetifikasi komponen-komponen suatu sistem tertentu untuk dipilih
kaitannya dan keterbatasan yang dimiliki baik oleh lingkungan atau sistem itu
sendiri.
3.
Tahap
ketiga (evaluasi)
Menilai
setiap alternative sistem terasa terperinci untuk menilai kinerja dan
menentukan sejauh mana sistem tersebut dapat memenuhi target yang ditentukan.
4.
Tahap
empat (pemilihan)
Kita
melaksanakan pemilihan terakhir dari beberapa alternative sisitem dari
bersarkan sistem hasil penilaian kita. Suatu hal yang perlu disadari dari
proses pemilihan adalah bahwa suatu sistem apapun akan menjadi sempurna dalam
berbagai pertimbangan dan ini hal yang tidak dikehendaki.
5.
Tahap
lima (penerpan)
Penerapan
sistem merupakan arah dimana kita pada akhirnya akan menemukan sebaik atau
seburuk apa sistem kita bekerja dalam mencapai tujuannya.
4.2
Siklus Hidup Sistem
Siklus hidup
manajemen (SDLC : System life Cycle) adalah penerapan pendekatan sistem untuk
pengembangan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer. SLC terdiri
dari serangkaian tugas yang erat mengikuti langkah-langkah pendekatan sistem
yang mengikuti suatu pola yang teratur dan dilakukan secara top-down, SLC
sering disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi
pengembangan dan penggunaan sistem.
Tahap-tahap
Siklus Hidup
Tahap siklus
sistem terdiri dari lima tahap. Empat tahap yang pertama adalah perencanaan,
analisis, rancangan, dan penerapan. Tahap kelima adalah tahap penggunaannya,
yang berlangsung sampai sudah waktunya untuk merancang sistem itu kembali.
Proses merancang kembali mengakibatkan siklus itu akan diulangi kembali.
1.
Perencanaan
Dalam tahap perencanaan menjelskan tiap langkah yang harus diambil
dan mengidentifikasikan tanggung jawab dari komite pengarah SIM, manajer area
pemakai, dan analisis sistem. Langkah-langkah dari perencanaan yaitu:
a)
Menyadari Masalah
b)
Mendefinisikan Masalah
c)
Menentukan Tujuan Sistem
d)
Mengidentifikasikan
kendala-Kendala Sistem
e)
Membuat Studi Kelayakan
·
Teknis
·
Pengembalian ekonomis
·
Pengembalian non ekonomis
·
Hukum dan etika
·
Operasional
·
Jadwal
f)
Mempersiapkan Usulan Penelitian
Sistem
g)
Menyetujui atau Menolak
Penelitian Proyek
2.
Analisis
Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan
tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Selama tahap analisis,
analis sitem terus bekerja sama dengan manajer, dan komite pengarah SIM
terlibat dalam titik-titik yang penting. Langkah-langkah tahap analisis:
a)
Mengumumkan Penelitian Sistem
b)
Mengorganisasikan Tim Proyek
c)
Mendefinisikan Kebutuhan Informasi
d)
Mendifinisikan Kriteria Kinerja
Sistem
e)
Menyiapkan Usulan Rancangan
f)
Menyetujui atau Menolak
Rancangan Proyek
3.
Rancangan
Rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan
oleh sistem baru. Jika sistem itu berbasis komputer, rancangan dapat
menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang akan digunakan. Langkah-langkah
tahap rancangan:
a)
Menyiapkan Rancangan Sistem
Yang Terinci
b)
Mengidentifikasikan Berbagai
Alternatif konfigurasi Sistem
c)
Mengevaluasi Berbagai
Alternatif konfigurasi Sistem
d)
Memilih Konfigurasi Yang
Terbaik
e)
Menyiapkan Usulan Penerapan
f)
Menyetujui atau Menolak
Penerapan Sistem
4.
Penerapan
Penerapan merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber
daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Langkah-langkah
tahap penerapan:
a)
Merencanakan Penerapan
b)
Mengumumkan Penerapan
c)
Mendapatkan Sumber Daya
Perangkat Keras
d)
Mendapatkan Sumber Daya
Perangkat Lunak
e)
Menyiapkan Database
f)
Menyiapkan Fasilitas Fisik
g)
Mendidik Peserta dan Pemakai
h)
Menyiapkan Usulan Cutover
i)
Menyetujui atau Menolak Masuk
ke Sistem Baru
j)
Masuk ke Sistem Baru
·
Percontohan (Pilot)
·
Serentak (Immediate)
·
Bertahap (Phased)
·
Paralel (Parallel)
5.
Penggunaan
Tahap penggunaan terdiri dari 3 langkah, yaitu:
a)
Menggunakan Sistem
b)
Audit Sistem
c)
Memelihara Sistem
·
Memperbaiki kesalahan
·
Menjaga kemutakhiran sistem
·
Meningkatkan sistem
d)
Menyiapkan Usulan Rekayasa
Ulang
e)
Menyetujui atau Menolak
Rekayasa Ulang Sistem
4.3 PROTOTYPING
Prototipe
memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara sistem akan
berfungsi dalam beentuk lengkapanya. Proses menghasilkan sebuah prototipe
disebut dengan prototyping.
Jenis- jenis
prototipe
Ada 2 jenis
prototipe. Prototipe Jenis 1 sesungguhnya akan menjadi sistem operasional.
Prototipe Jenis 2 merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi
sebagai cetak biru sebagai sistem operasional.
Pengembangan
Prototipe Jenis 1 Gambar 7.15
menunjukkan lankah-langkah yang terdapat pada pengembangan Prototipe Jenis 1.
Langkah-langkah ini dibahas berikut ini:
1.
Mengidntifikasikan Kebutuhan
Pemakai. Analis sistem mewancarai pemakai untuk mendapatkan gagasan dari apa
yang diijimkan pemakai terhadap sisitem.
2.
Mengembangkan Prototipe. Analis sistem mungkin berkerjasama dengan
spesialis informasi lain, menggunkan satu atau lebih peralatan prototyping
untuk mengembangkan prototipe
3.
Menentukan Apakah Prototipe
Dapat Diterima. Analis mendidik pemakai dalam penggunaaan prototipe dan
memberikan kesempatan kepada pemakai untuk membiasakan diri dengan sistem.
Pemakai memberikan masukan bagi analis apakah prototipe memuaskan. Jika ya ,
langkah 4akan diambil; jika tidak, prototipe direvisi dengan mengulangi langkah
1,2,3 dengan pengertian yg lebih baik mengenai kebutuhan pemakai.
4.
Menggunakan Prototipe.
Prototipe ini menjadi sistem operasional.
Pendekatan ini hanya mungkin jika peralatan prototyping memungkinkan
prototipe membuat semua elemen penting dari sistem baru.
Menggunakan
Prototipe Jenis 2 Gambar 7.16 menunjukan
langkah-langkah yang terdapat pada pengembangan prototipe jenis 2. Tiga langkah
pertama sama seperti untuk prototipe jenis
1. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut.
4.
Mengkodekan sistem operasional.
Progamer menggunakan prototipe sebagai dasar untuk pengkodean (coding) sistem
operasional.
5.
Menguji sistem operasional.
Progamer menguji sistem.
6.
Menentukan jika sistem
operasional dapat diterima. Pemakai memberi masukan pada analisis apakah sistem
dapat diterima. Jika ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, langkah 4 dan 5
diulangi.
7.
Menggunakan sistem operasional.
Prototyping dan
Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Prototyping
dapat menggantikan siklus hidup pengembangan sistem. Namun, bagi sitem berskala
besar atau sistem yang mempengaruhi unit organisasi yang besar, prototyping
dapat dipadukan dengan SDLC. Misalnya, prototyping dapat digunakan dalam tahap
analisis untuk membantu para pemakai mendefinisikan kebutuhan informasi mereka
dan dalam tahap rancangan untuk mengevaluasi konfigurasi sistem alternatif.
Daya Tarik
Prototyping
Alasan pemakai
maupun spesialis menyukai prototyping adalah sebagai berikut:
·
Komunikasi antara analis sistem
dan pemakai membaik.
·
Analis dapat bekerja lebih baik
dalam menentukan kebutuhan pemakai.
·
Pemakai berperan lebih aktif
dalam pengembangan sistem.
·
Spesialis informasi dan pemakai
menghabiskan lebih sedikit waktu dan usaha dalam mengembangkan sistem.
·
Penerapan menjadi lebih mudah
karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.
Potensi
kegagalan prototyping
Prototyping juga
memiliki potensi kegagalan yaitu:
·
Adanya istilah “cepat dan
kotor” digunakan untuk menjelaskan ketergesaan dalam prototyping.
·
Adanya pengharapan sesuatu yang
tidak realistis dari sistem operasional.
·
Prototype jenis 1 mungkin tidak
seefisien sistem yang dikodekan dalam bahasa pemograman.
·
Hubungan komputer-manusia yang
disediakan oleh peralatan prototyping tertentu mungkin tidak mencerminkan
teknik perancangan yang baik.
Penerapan yang
berprospek baik untuk prototyping
Prototyping
bekerja paling baik pada penerapan-penerapan yang berciri sebagai berikur:
·
Resiko tinggi . masalah tidak
terstruktur baik, terdapat tingkat perubahan peningkatan yang tinggi dari waktu
ke waktu, dan persyaratan data tidak menentu. Cosiderable.
·
Interaksi pemakai penting .
sitem menyediakan dialog yang on-line antara pemakai dan komputer mikro atau
terminal.
·
Jumlah pemakai banyak . kesepaakatan mengenai rincian rancangan
sukar untuk dicapai tanpa pengslaman langsung.
·
Penyelesaian yang cepat
diperlukan.
·
Pemikiran tahap penggunaan
sistem yang pendek
·
Sistem yang inovatif . sistem
tersebut merupakan yang paling mutahir, baik dalam cara penyelesaian masalah,
maupun dalam penggunaan perangkat kerasnya.
·
Perilaku pemakai yang sukar
ditebak . pemakai tidak mempunyai pengalaman sebelumya dengan cara sistem ini.
4.4 Pengembangan
Aplikasi Cepat (RAD : Rapid Application Development)
Konsep pengembangan
Aplikasi cepat RAD ( Rapid Application Development ) dipelopori oleh James
Martin. Konsep ini diterapkan pada daur hidup pengembangan sistem dengan tujuan
untuk mempercepat pengembangan sistem dan pengembangan hasil dengan kualitas
yang lebih baik daripada daur hidup pengembangan sistem tadisional. RAD adalah
sekumpulan strategi, metodologi danperangkat yang terpadu yang ada dalam suatu
kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi / Information Engineering.
Perangkat RAD umumnya terdiri atas perangkat CASE dan bahasa generasi keempat,
yang menyediakan fasilitas diantaranya prototype dan pembangkitan kode.
Perangkat CASE
Pada kebanyakan
literatur Case singkatan dari Computer Aided Software Engineering, yaitu proses
penggunaan teknologi perangkat lunak komputer untuk mendukung otomasi dalam
pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi komputer.
Tujuan CASE
bertujuan untuk
mengalihkan sejumlah beban pada pengembangan dari manusia pengembang sistem
kepada komputer. CASE banyak dipakai saat ini karena banyak meningkatkan
produktifitas.
Sumber:
http://infokitabersama123.blogspot.com/2013/03/pengembangan-aplikasi-cepat-basis-data.html?m=1
Sumber:
http://infokitabersama123.blogspot.com/2013/03/pengembangan-aplikasi-cepat-basis-data.html?m=1
4.5 Menempatkan SDLC Tradisional, Prototyping, RAD, Pengembangan Berfase dan BPR dalam
Perspektif.
SDLC adalah proses
evolusioner yang diikuti dalam menerapkan system atau subsistem informasi
berbasis komputer. SDLC terdiri dari serangkaian yang erat yang mengikuti
langkah-langkah pendekatan system. Karena tugas-tugas tersebut mengikuti suatu
pola yang teratur dan dilakukan secara top-down, SDLC sering disebut sebagai
Pendekatan Air terjun (waterfall approach).
-Tahap-tahap siklus
hidup system, yang dikenal dengan SDLC.
-Pengelolaan Siklus
Hidup yang dikelola oleh unit jasa informasi
-Tanggung Jawab ekesekutif.
·
Perencanaan
·
Analisis
·
Desain
·
Implementasi
·
Penggunaan
Pengembangan Berfase
dan BPR dalam Perspektif
Prototyping, RAD dan pengembangan berfase dapat digunakan di dalam suatu
proyek BPR untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan cara terbuka
I. Alat-alat
Pengembangan Sistem
Pendekatan sistem dan berbagai siklus hidup pengembangan sistem adalah
metodologi
cara-cara yang direkomendasikan
dalam memecahkan masalah-masalah sistem.
Diagram Arus Data
Diagram arus data (data
flow diagram - DFD) adalah penyajian grafis dari sebuah sistem yang
mempergunakan 4 bentuk simbol untuk mengilustrasikan bagaimana data mengalir
melalui proses-proses yang saling tersambung.
Simbol-simbol tersebut mencerminkan:
·
Unsur-unsur lingkungan
·
Proses
·
Arus data
·
Penyimpanan data
·
Diagram Arus Data Bertingkat
- Diagram Konteks
Diagram konteks (context
diagram) menempatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan.
- Diagram Nomor N
Diagram nomor n (figure
n diagram) mendokumentasikan satu proses dari sebuah DFD dengan tingkat detail
yang lebih besar.
Kasus Penggunaan
Kasus penggunaan (use case) adalah suatu uraian naratif dalam bentuk
kerangka dari dialog yang terjadi antara sistem primer dengan sekunder.
1. Kapan Menggunakan Diagram Arus Data dan Kasus Penggunaan
Diagram arus data dan
kasus penggunaan sering kali dibuat selama tahap-tahap investigasi awal dan
analisis dari metodologi pengembangan berfase.
Manajemen Proyek
Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem
informasi yang berbasis komputer dapat merupakan tugas kompleks yang
membutuhkan banyak sumber daya dan dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Proses pengembangan system melewati
beberapa tahapan dari mulai system itu direncanakan sampai dengan system tersebut
diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Bila operasi system yang sudah
dikembangkan masih timbul kembali permasalahan-permasalahan yang kritis serta
tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan system, maka perlu dikembangkan
kembali suatu system untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang
pertama, yaitu tahap perencanaan system. Siklus ini disebut dengan siklus hidup
suatu system (system life cycle). Daur atau siklus hidup dari pengembangan
system merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan
utama dan langkah-langkah di dalam tahanpan tersebut dalam proses
pengembangannya.
Dari sekian banyak
siklus pengembangan system menurut beberapa penulis sejak tahun 1970 an,
diambil salah satu yang akan menjadi acuan kita mengenai pengembangan system
ini, yaitu menurut John Burch, Gary Grudnitski, Information Systems, Theory and
Practice (new York: John Wiley & Sons) yang menuliskan tahapan pengembangan
system sebagai berikut:
- Kebijakan dan perencanaan system (System policy and planning)
- Pengembangan sistem (system development)
- Analisis sistem (system analysis)
- Desain sistem secara umum (general system design)
- Penilaian sistem (system evaluation)
- Desain syitem terinci (detailed system design)
- Implementasi system (system implementation)
Mengestimasi Biaya
Proyek
Mengestimasi waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah
sistem telah lama menjadi satu tugas yang menantang.
Semua metode ini kurang lebih mengandalkan pada 3 komponen:
- Informasi mengenai sistem tertentu yang sedang dibuat dan orang yang akan melakukan pengembangan
- Pengalaman historis
- Pengetahuan mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-alat serta teknik estimasi.
Input Pengestimasian Biaya
·
Kebutuhan sumber daya (resource requirement)
·
Tarif sumber daya (resource rates)
·
Estimasi durasi aktivitas (activity duration
estimates)
·
Informasi historis (historical information)
Alat-alat dan Teknik Pengestimasian Biaya
·
Estimasi analogis (analogous estimating)
·
Estimasi dari bawah ke atas (bottom-up estimating)
·
Alat-alat terkomputerisasi (computerized tools)
·
Model-model matematis (mathematical models)
Output Pengestimasian Biaya
·
Estimasi biaya
·
Detail-detail pendukung
·
Rencana manajemen biaya (cost-management plan)
4.6
Pembuatan
Keputusan
Pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan
manajer. Kegiatan ini memainkan peranan penting, terutama bila manajer
melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan menyangkut keputusan-keputusan
sangat penting dan jangka panjang yang dapat dibuat manajer. Dalam proses
perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai,
sumber daya-sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang akan melaksanakna
setiap tugas yang dibutuhkan. Seluruh proses peerenacanaan itu melibatkan
manajer dalam serangkaian situasi pembuatan keputusan. Kualitas
keputusan-keputusan manajer akan menentukan efektifitas rencana yang disusun.
Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses melalui mana
serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
George P. Huber membedakan pembuatan keputusan dari pembuatan pilihan ( choice
making) dan dari pemecahan masalah ( problem solving). Dipihak lain, banyak
penulis dan manajer menggunakan istilah “pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah” sebagai istilah yang dapat dipertukarkan, dan dalam bab ini akan
digunakan istilah pembuatan keputusan yang mencakup artian keduanya.
Proses
pembuatan keputusan
1. Pemahaman dan perumusan masalah
Manajaer harus menemukan masalah
apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan
dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.
2. Pengumpulan dan analisa data yang relevan
Setelah masalahnya ditemukan,
lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.
3. Pengembangan alternatif
Pengembangan alternatif
memungkinkan menolak kecendrungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai
keputusan yang efektif.
4. Pengevaluasian terhadap
alternatif yang dipergunakan
Menilai efektivitas dari
alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber
daya organisasi dengan alternatif yang realistik serta menilai seberapa baik
alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan alternatif terbaik
Didasarkan pada informasi yang
diberikan kepada manajer dan ketidaksempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh
manajer.
6.
Implementasi keputusan.
Manajer harus menetapkan
anggaran, mengadakan dan meng alokasikan sumber daya yang diperlukan, serta
menugaskan wewenag dan tanggung jawab pelaksana tugas, dengan mempewrhatikan
resiko dan ketidakpastian terhadap keputusan yang diambil.
7.
evaluasi atas hasil keputusan
Implementasi yang telah diambil
harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan
hasil yang diharapkan.
4.7
Membangun
Konsep
Konsep Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan sistem informasi
atau yang sering disebut sebagai proses pengembangan sistem merupakan suatu
tindakan atau aktifitas yang digunakan orang dalam sistem informasi untuk
mengembangkan dan memelihara sistem informasi atau perangkat lunak yang lama.
Proses pengembangan sistem informasi dilakukan dengan tujuan agar
mekanisme atau sistem kerja suatu sistem tersebut menjadi lebih baik dan semua
aspek lebih terintegrasi sesuai dengan peraturan. Proses pengembangan sistem
informasi dapat menciptakan efisiensi dalam manajemen sumber daya yang ada, dan
perlu diperhatikan bahwa pengembangan sistem harus memenuhi kriteria atau
aturan dalam meningkatkan keunggulan sistem dalam berkompetensi. Pengembangan
sistem dari sistem yang lama ke sistem yang baru dan terintegrasi dengan
perangkat komputer akan mempermudah dalam pengolahan data agar dapat
menghasilkan informasi berbasis komputer yang lebih berkualitas guna dalam pengambilan
keputusan.
Dalam pengembangan sistem informasi terdiri dari System Analysis
dimana upaya atau usaha untuk mendapatkan gambaran bagaimana sistem lama itu
bekerja dan menganalisa masalah-masalah apa saja yang ada pada sistem yang
lama, dan System Development dimana langkah-langkah untuk mengembangan sistem
informasi yang lama ke sistem yang baru sesuai dengan cara kerja sistem dan
masalah-masalah yang telah dianalisa. Beberapa hal yang mengacu suatu sistem
lama harus dikembangkan menjadi sistem yang baru diantaranya yaitu : Masalah
(Problem) Dimana kondisi yang tidak diingkan pada sistem yang lama, diantaranya
yaitu keterbatasan cara kerja sistem yang lama dapat menyebabkan sistem tidak
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya kebutuhan informasi yang
semakin luas dan semakin bertambah akan berujung dengan pengelohan data yang
dibutuhkan semakin mengingkat, dikarenakan sistem yang lama tidak dapat 2
4.8
Model
Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS: Decision Support System)
Sistem
pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah sistem berbasis komputer
yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam menggunakan data dan
model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Sistem pendukung ini
membantu pengambilan keputusan manajemen dengan menggabungkan data, model-model
dan alat-alat analisis yang komplek, serta perangkat lunak yang akrab dengan
tampilan pengguna ke dalam satu sistem yang memiliki kekuatan besar (powerful)
yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang semi atau tidak terstruktur.
DSS menyajikan kepada pengguna satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki
kemampuan tinggi untuk analisis data penting. Dengan kata lain, DSS
menggabungkan sumber daya intelektual seorang individu dengan kemampuan
komputer dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. DSS
diartikan sebagai tambahan bagi para pengambil keputusan, untuk memperluas
kapabilitas, namun tidak untuk menggantikan pertimbangan manajemen dalam
pengambilan keputusannya.
Dalam
suatu penelitiannya Steven S. Alter mengembangkan satu taksonomi dari enam
jenis DSS yang didasarkan pada tingkat dukungan pemecahan masalah.
Jenis
DSS yang memberikan dukungan paling sedikit adalah jenis yang memungkinkan
manajer mengambil hanya sebagian kecil informasi (unsur-unsur informasi)
seperti terlihat pada kolom 1 gambar di atas. Manajer dalam hal ini dapat
bertanya pada database untuk mendapatkan angka/jumlah tingkat penyerapan
anggaran pada satu satker dibawah lingkup kerjanya.
Jenis
DSS yang memberikan dukungan yang sedikit lebih tinggi memungkinkan baginya
menganalisis seluruh isi file mengenai tingkat penyerapan anggaran pada
unit-unit lain yang terkait. Contohnya adalah laporan gaji bulanan pegawai yang
disiapkan dari file gaji.
Dukungan
yang lebih lagi diberikan oleh sistem yang menyiapkan laporan total penyerapan
anggaran biaya pegawai dan tunjangan-tunjangan yang diterimanya yang diolah
dari berbagai file sistem penggajian.
Ada
dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan Data-driven DSS. Jenis
DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri terpisah dari
sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering dikembangkan
langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung dikendalikan dari
divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini umumnya dikembangkan
berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian dikombinasikan dengan
tampilan pengguna yang membuat model ini mudah untuk digunakan.
Jenis
DSS yang kedua, data-driven DSS, menganalisis sejumlah besar data yang ada atau
tergabung di dalam sistem informasi organisasi. DSS ini membantu untuk proses
pengambilan keputusan dengan memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan
informasi yang bermanfaat dari data yang tersimpan di dalam database yang
besar. Banyak organisasi atau perusahaan mulai membangun DSS ini untuk
memungkinkan para pelanggannya memperoleh data dari website-nya atau data dari
sistem informasi organisasi yang ada.
Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan - Group
Decision Support Systems (GDSS)
GDSS
merupakan sistem berbasis komputer yang interaktif untuk memudahkan pencapaian
solusi oleh sekelompok pengambil keputusan atas permasalahan yang sifatnya
tidak terstruktur. GDSS dikembangkan untuk menjawab tantangan terhadap kualitas
dan efektivitas pengambilan keputusan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang
(kelompok orang). Permasalahan yang perlu digarisbawahi untuk pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh sekelompok orang antara lain adalah banyaknya
para pengambil keputusan, waktu yang harus dialokasikan, dan meningkatnya
peserta yang ada. GDSS memberikan dukungan pada pemecahan masalah dengan
menyediakan suatupengaturan yang mendukung komunikasi bagi anggota yang tergabung
dalam kelompok.
Penggunaan
GDSS mampu untuk mengatasi berbagai masalah atau potensi masalah yang mungkin
akan timbul. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan GDSS ini,
antara lain adalah:
1.
Meningkatkan perencanaan awal, yaitu untuk membuat diskusi atau pertemuan
menjadi lebih efektif dan efisien.
2.
Meningkatkan partisipasi, sehingga setiap peserta dari berbagai latar belakang
dapat memberikan kontribusinya dengan optimal.
3.
Menciptakan iklim yang lebih terbuka dan kolaboratif, yaitu tanpa membuat pihak
yang tingkatannya lebih rendah merasa takut dan terancam. Dan juga tidak
membuat pihak yang tingkatannya lebih tinggi mendominasi jalannya suatu rapat,
pertemuan/meeting.
4.
Setiap ide yang ditawarkan bebas dari kritik, memungkinkan peserta rapat,
pertemuan/meeting mengkontribusikan ide atau pendapatnya tanpa takut untuk
dikritik.
5.
Evaluasi yang objektif, menciptakan atmosfir di mana suatu ide akan dievaluasi
secara objektif dan tidak memandang siapa yang memberikan ide tersebut.
6.
Menghasilkan ide organisasi, yaitu bagaimana tetap memfokuskan pada tujuan
rapat, pertemuan/meeting, mencari cara yang paling efisien untuk mengorganisir
ide yang dihasilkan dalam sesi brainstorming, dan mengevaluasi ide dalam
batasan waktu yang paling sesuai.
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive
Support Systems (ESS)
Dalam
sistem pendukung pengambilan keputusan eksekutif istilah executive support
system (ESS) sering dipertukarkan dengan executive information system (EIS).
Namun, ada juga yang membedakan keduanya. Jika dibedakan, EIS sering
didefinisikan sebagai sistem informasi berbasis komputer yang menyajikan
kebutuhan informasi eksekutif puncak. Sistem ini memberikan akses cepat atas
informasi dan laporan manajamen. Di sisi lain, ESS adalah sistem pendukung
komprehensif yang mempunyai kemampuan lebih dari EIS. ESS menyangkut juga
sistem komunikasi, otomatisasi kantor, dukungan analisis, dan intelejensia.
ESS
dibangun terutama untuk menyajikan gambaran operasional suatu organisasi;
melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak; menyajikan tampilan yang akrab
di pengguna, sesuai dengan tipe keputusan individu, menyajikan penelusuran dan
pengendalian yang tepat waktu dan efektif; menyajikan akses cepat atas
informasi rinci dengan teks, angka, atau grafik; mengindentifikasikan masalah;
serta menyaring, mengkompres, dan melacak data dan informasi kritikal.
Karakteristik
utama yang dimiliki ESS adalah kemampuan melihat rincian, menginformasikan
faktor keberhasilan kritikal (critical success factors), akses status,
analisis, pelaporan eksepsi (exception reporting), penggunaan warna, navigasi
informasi, dan komunikasi.
Sistem Pakar - Expert Systems (ES)
Para
ahli atau pakar biasanya memiliki pengetahuan (knowledge) dan pengalaman khusus
untuk masalah tertentu. Mereka paham betul alternatif pemecahan, kemungkinan
keberhasilannya, serta keuntungan dan kerugian yang mungkin timbul. Mereka
biasanya digunakan oleh instansi untuk memberi nasehat atas masalah tertentu,
seperti pada Departemen Pertahanan masalah pembelian peralatan militer yang
teknologinya canggih, penyelesaian tuntutan pembubaran Bisnis TNI,
perampingan/reorganisasi departemen, dan strategikomunikasi dengan media massa.
Makin tidak terstruktur masalahnya, makin spesialis nasehat yang dibutuhkan
dari mereka.
Expert
systems (ES) mencoba untuk meniru pengetahuan pakar tersebut. Sistem ini biasanya
digunakan jika organisasi harus memberikan keputusan atas suatu masalah yang
kompleks. Secara khusus, ES adalah paket komputer untuk memecahkan atau
mengambil keputusan atas suatu masalah spesifik atau terbatas, yang kemampuan
pemecahannya dapat sama atau melebihi suatu tingkat kemampuan seorang pakar.
ES
bisa dibagi dalam dua bagian: lingkungan pengembangan (development environment)
dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan
digunakan oleh pengembang ES untuk membangun komponen komponen ES dan
menempatkan pengetahuan (knowledge) pada basis pengetahuan (knowledge base).
Lingkungan konsultansi digunakan oleh non-pakar untuk memperoleh pengetahuan
dan nasehat para pakar yang disimpan di sistem.
Tiga
komponen utama yang biasanya ada dalam ES adalah basis pengetahuan, mesin
inferensi (inference engine), dan tampilan pengguna (user interface).
4.9
Kecerdasan
Buatan dan Sistem Pakar
A.
Pengertian
Kecerdasan Buatan
Kecerdasan Buatan atau Intelegensi Artifisial (bahasa
Inggris: Artificial Intelligence atau hanya
disingkat AI) didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah.
Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan
ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain
sistem pakar, permainan komputer (games), logika
fuzzy, jaringan
syaraf tiruan dan robotika.
Banyak hal yang kelihatannya sulit untuk kecerdasan manusia, tetapi untuk
Informatika
relatif tidak bermasalah. Seperti contoh: mentransformasikan persamaan,
menyelesaikan persamaan integral, membuat permainan catur atau Backgammon. Di
sisi lain, hal yang bagi manusia kelihatannya menuntut sedikit kecerdasan,
sampai sekarang masih sulit untuk direalisasikan dalam Informatika. Seperti contoh: Pengenalan Obyek/Muka, bermain sepak
bola.
Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk cabang
yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku,
pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin. Penelitian dalam AI
menyangkut pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang
membutuhkan perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan
dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan,
serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah
menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan
solusi masalah kehidupan yang nyata. Sistem AI sekarang ini sering digunakan
dalam bidang ekonomi, obat-obatan, teknik dan militer, seperti yang telah
dibangun dalam beberapa aplikasi perangkat lunak komputer rumah dan video game.
'Kecerdasan buatan' ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem
kecerdasan, tapi juga mengkonstruksinya.
Tidak ada definisi yang memuaskan untuk 'kecerdasan':
1. kecerdasan: kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan menggunakannya
2. atau kecerdasan yaitu apa yang diukur oleh sebuah 'Test Kecerdasan'
.
B.
Pengertian
Sistem Pakar
Sistem Pakar(dalam bahasa Inggris :expert system)
adalah sistem informasi yang berisi dengan pengetahuan dari pakar sehingga
dapat digunakan untuk konsultasi. Pengetahuan dari pakar di dalam sistem ini
digunakan sebagi dasar oleh Sistem Pakar untuk menjawab pertanyaan
(konsultasi).
Kepakaran (expertise) adalah pengetahuan yang ekstensif dan spesifik yang
diperoleh melalui rangkaian pelatihan, membaca, dan pengalaman. Pengetahuan
membuat pakar dapat mengambil keputusan secara lebih baik dan lebih cepat
daripada non-pakar dalam memecahkan problem yang kompleks. Kepakaran mempunyai
sifat berjenjang, pakar top memiliki pengetahuan lebih banyak daripada pakar
yunior. Tujuan Sistem Pakar adalah untuk mentransfer kepakaran dari seorang
pakar ke komputer, kemudian ke orang lain (yang bukan pakar).
Sistem pakar adalah suatu program
komputer yang mengandung pengetahuan dari satu atau lebih pakar manusia mengenai suatu bidang spesifik. Jenis program ini
pertama kali dikembangkan oleh periset kecerdasan
buatan pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dan diterapkan
secara komersial selama 1980-an. Bentuk umum sistem pakar adalah suatu program
yang dibuat berdasarkan suatu set aturan yang menganalisis informasi (biasanya
diberikan oleh pengguna suatu sistem) mengenai suatu kelas masalah spesifik
serta analisis matematis dari masalah tersebut. Tergantung dari desainnya,
sistem pakar juga mampu merekomendasikan suatu rangkaian tindakan pengguna
untuk dapat menerapkan koreksi. Sistem ini memanfaatkan kapabilitas penalaran
untuk mencapai suatu simpulan.
C.
Ciri
Sistem Pakar
1.
Memiliki informasi yang lebih handal.
2. Mudah di modifikasi dan dapat beradaptasi.
3.
Dapat
digunakan dalam berbagai jenis komputer.
D.
Ciri
Kecerdasan Buatan.
1.
Pemrosesan AI lebih pada simbolik.
E.
Tujuan
Sistem Pakar
1. Membuat mesin menjadi lebih pintar (tujuan utam)
2. Memahami apa itu kecerdasan (tujuan ilmiah)
3. Membuat mesin lebih bermanfaat (tujuan entrepreneurial).
F. Tujuan Kecerdasan
Buatan AI
1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
2. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
3. Meningkatkan output, produktivitas dan kualitas.Kelemahan Sistem Pakar.
G.
Kelemahan
Sistem Pakar
Di samping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki
beberapa kelemahan, antara lain :
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.
2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan
pakar di bidangnya.
3. Sistem Pakar tidak 100% bernilai benar.
- See more at: http://tubagus.dosen.narotama.ac.id/2012/12/08/pengertian-sistem-pakar-es-dan-kecerdasan-buatan-ai/#sthash.KahJic2J.dpuf
http://pembuatan-keputusan.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar